Dewi Sri |
Dewi Sri, Dewi Padi
Dikisahkan dahulu kala hidup seorang penguasa tertinggi kayangan yang bernama Batara Guru. Suatu hari Batara Guru memerintahkan semua dewa dewi di khayangan untuk bergotong royong membangun sebuah istana baru yang megah, kalau tidak tangan dan kaki mereka di penggal.
Dialah Antaboga, seorang dewa ular yang cemas dengan ancaman yang di buat Batara Guru. Dikarenakan kondisi tubuhnya yang tidak punya tangan dan kaki, tentu ia akan merasa kesulitan untuk bekerja. Namun jika dia tidak bekerja maka kepalanya akan di penggal. Karena rasa takut maka ia pun pergi menemui Batara Narada, yang merupakan saudara Batara Guru.Sesampainya di kediaman Batara Narada, Antaboga menceritakan tentang apa yang membuatnya risau, dan Antaboga pun menangis meratapi nasib buruk yang harus menimpa dirinya. Mendengar curahan hati Antaboga, Batara Narada justru binggung dan tidak memiliki solusi. tak di sangka, tetesan air mata Antaboga berubah menjadi telur dengan kulit yang sangat indah. Melihat kejadian itu, Batara Narada menyarankan kepada Antaboga agar memberikan telur tersebut kepada Batara Guru sebagai permohonan maaf karena tidak bisa membantu membangun istana. Tanpa pikir panjang ia pun bergegas menaruh telur tersebut ke dalam mulutnya dan pergi menemui Batara Guru.
Baca Juga: KITSUNĒ (THE NINE TAILS)
Dalam perjalanan Antaboga menuju istana, ia bertemu seekor burung gagak, Burung gagak menyapa Antaboga dan menanyakan padanya hendak kemana, Namun, karena ada tiga telur di dalam mulutnya, Antaboga tidak dapat berbicara dan terus berjalan. Sang burung gagak sangat kecewa karena menyangka Antaboga sombong dan menyerangnya hingga dua butir telur yang ada di dalam mulutnya pecah. Hanya tersisa satu telur yang mungkin akan menyelamatkan Anataboga dari hukuman.
Saat di istana, Antaboga segera memberikan persembahannya dan Batara Guru menerimanya dengan senang hati. Batara Guru menugaskan Antaboga utk mengerami telur tersebut hingga menetas. Waktu demi waktu, akhirnya telur itu menetaskan seorang bayi perempuan yang diberi nama Nyi Pohaci Sanghyang Sri. Anak tersebut diangkat sebagai anak angkat Batara Guru dan permaisuri. Ia tumbuh menjadi sesosok perempuan yang cantik jelita. Siapapun yang bertemu Sri akan merasa senang melihat wajah ayu dan tutur katanya yang ramah. Tidak terkecuali ayah angkatnya sendiri Batara Guru, ia berniat menjadikan Sri sebagai permaisuri.
Para dewa di khayangan merasa resah dengan hal ini, takut menghadirkan bencana di khayangan. Mereka berencana memisahkan Batara Guru dan Nyi Pohaci Sanghyang Sri. mereka pun menaruh racun pada minuman Sri hingga akhirnya dia meninggal. Untuk menghilangkan jejak perbuatan keji mereka, jenazah Nyi Pohaci Sanghyang Sri dibawa turun ke bumi dan di kubur di tempat yang jauh dan tersembunyi dari tempat Batara Guru berada.
Konon, pusara dari Nyi Pohaci Sanghyang Sri kemudian ditumbuhi tanaman padi yang sangat bermanfaat bagi manusia di bumi. Sejak saat itulah Nyi Pohaci Sanghyang Sri atau Dewi Sri dijuluki sebagai Dewi Padi atau Dewi Kesuburan. Ia dimuliakan karena pengorbannya yang luhur telah memberi berkah kebaikan bagi alam, kesuburan dan ketersediaan pangan umat manusia.
Blogger Comment