Sumo |
Sejarah Olahraga Sumo
Sumo (相撲 sumō) adalah olahraga saling dorong antara dua orang pesumo yang berbadan gemuk sampai salah seorang didorong keluar dari lingkaran atau terjatuh dengan bagian badan selain telapak kaki menyentuh tanah di bagian dalam lingkaran. Pesumo (rikishi) perlu berbadan besar dan gemuk karena semakin tambun seorang pegulat sumo semakin besar pula kemungkinannya untuk menang.
Sumo
adalah olahraga asli Jepang dan sudah dipertandingkan sejak berabad-abad yang
lalu. Di beberapa negara tetangga Jepang seperti Mongolia dan Korea juga
terdapat olahraga gulat tradisional yang mirip-mirip dengan sumo. Sumo memiliki
berbagai upacara dan tradisi unik seperti menyebarkan garam sepanjang
pertandingan untuk mengusir bala.
Sejarah Sumo
Penguasa
Jepang pada abad ke-16 yang bernama Oda Nobunaga sering menyelenggarakan
turnamen sumo. Bentuk ring sumo seperti yang dikenal sekarang ini berasal dari
zaman Oda Nobunaga. Dibandingkan dengan mawashi pada zaman sekarang yang dibuat
dari kain bagus yang kaku, pegulat sumo pada masa Oda Nobunaga masih memakai
penutup tubuh bagian bawah dari kain kasar yang longgar.
Di
zaman Edo, pegulat sumo bertanding dengan mengenakan mawashi bermotif indah dan
gagah yang disebut kesho mawashi. Di zaman sekarang kesho mawashi hanya
dikenakan pegulat sumo pada saat berparade di atas dohyō di awal pembukaan
turnamen. Sumo sering dikaitkan dengan ritual dalam agama Shinto. Sampai
sekarang ini, di beberapa kuil Shinto masih diselenggarakan pertarungan antara
pegulat sumo dengan Kami.
BACA JUGA : MANFAAT dari OLAHRAGA PANJAT TEBING
Ring Sumo
Pertandingan
sumo berlangsung di atas ring bernama dohyō (土俵) yang dibuat dari campuran tanah liat yang
dikeraskan dengan pasir yang disebarkan di atasnya. Dohyō dibongkar setelah
pertandingan selesai dan dohyō yang baru harus selalu dibangun untuk setiap
turnamen. Pembangunan dohyō untuk keperluan turnamen atau latihan menjadi
tanggung jawab penyelenggara (yobidashi).
Lingkaran
tempat pertandingan berlangsung mempunyai diameter 4,55 meter dan dikelilingi
oleh karung beras yang disebut tawara (俵). Ukuran karung beras sekitar 1/3 ukuran karung beras standar
yang sebagian dipendam di dalam tanah liat yang membentuk gundukan dohyō.
Sedikit di luar lingkaran diletakkan empat buah tawara yang pada zaman dulu
dimaksudkan untuk menyerap air hujan sewaktu turnamen sumo masih diselenggarakan
di tempat terbuka.
Di
tengah-tengah lingkaran terdapat dua garis putih yang disebut shikiri-sen (仕切り線). Kedua pegulat (rikishi) yang
bertarung harus berada di belakang garis shikiri-sen sebelum pertandingan
dimulai. Bagian luar sekeliling lingkaran disebut janome yang dilapisi pasir
halus untuk membentuk permukaan yang mulus. Pegulat yang terdorong ke luar
lingkaran atau terjatuh pasti menimbulkan tanda pada permukaan janome akibat
terkena injakan kaki atau anggota tubuh yang lain. Yobidashi harus memastikan
permukaan janome berada dalam keadaan mulus sebelum pertandingan yang lain
dimulai.
Blogger Comment